Label

Senin, 07 Maret 2016

Menumbuhkan HOTS dalam pembelajaran IPA.

Menumbuhkan HOTS dalam pembelajaran IPA. Teman-teman barang kali sudah pernah dengar HOTS (Higher Order Thinking Skill). Untuk lebih jelasnya mari kita bahas tentang keterampilan berfikir. Keterampilan berpikir dikelompokkan menjadi keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks atau tingkat tinggi. Dalam hal ini keterampilan berpikir dasar meliputi menghubungkan sebab akibat, mentransformasi, menemukan hubungan dan memberikan kualifikasi. Proses berpikir tingkat tinggi meliputi pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif (Presseisen dalam Costa, 1985). Diantara proses berpikir tingkat tinggi di atas salah satu yang digunakan dalam pembentukan sistem konseptual IPA adalah berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan pada zaman perkembangan IPTEK sekarang ini, sebab saat ini selain hasil-hasil IPTEK yang dapat dinikmati, ternyata timbul beberapa dampak yang membuat masalah bagi manusia dan lingkungannya. Para peneliti pendidikan menjelaskan bahwa belajar berpikir kritis tidak langsung seperti belajar tentang materi, tetapi belajar bagaimana cara mengkaitkan berpikir kritis secara efektif dalam dirinya ( Beyer dalam Costa ,1985). Maksudnya masing-masing keterampilan berpikir kritis dalam penggunaanya untuk memecahkan masalah saling berkaitan satu sama lain. Salah satu cara melatih peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi diantaranya yaitu melalui pemecahan soal-soal “Higher Order Thinking Skill”. Berdasarkan Taxonomi Bloom, HOTS termasuk pada tiga level tertinggi pada Taxonomi Bloom yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam pembelajaran IPA soal-soal harus dikembangkan untuk melatih peserta didik berpikir tingkat tinggi, oleh karena itu soal-soal IPA harus menjangkau level analisis, sintesis dan evaluasi. Soal-soal untuk pengujian ini dapat dibuat dalam bentuk soal pilihan ganda maupun uraian. Teknik penulisan soal HOTS secara umum hampir sama dengan teknik penulisan soal-soal biasa tetapi karena peserta didik diuji pada proses analisis, sintesis atau evaluasi, maka pada soal harus ada komponen yang dapat dianalisis, disintesis atau dievaluasi. Komponen ini di dalam soal dikenal dengan istilah stimulus. Dalam pembelajaran IPA banyak stimulus untuk membantu peserta didik melakukan proses berpikir misalnya dalam bentuk data percobaan, grafik, gambar suatu fenomena atau deskripsi singkat suatu fenomena. Selain itu soal-soal IPA juga harus menguji keterampilan proses IPA, karena pendekatan pembelajaran yang dianjurkan adalah pendekatan keterampilan proses. Oleh karena itu kata kerja yang dipilih pada ranah kognitif diutamakan yang sesuai dengan keterampilan proses. Untuk soal-soal IPA, guru dapat memilih kata kerja yang sesuai dengan konsep IPA yang dipelajari peserta didik dan sesuai dengan indikator hasil belajar yang diturunkan dari kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik pada setiap konsep IPA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar